Candi
barong merupakan candi peninggalan agama Hindu yang terletak di Dusun
Candisari, Bokoharjo, Prambanan. Disebut Candi Barong karena terdapat hiasan
kala di relung tubuh candi yang tampak seperti Barong. Keberadaan Candi Barong
yang juga bernama Candi Sari Suragedug disebutkan dalam Prasasti Ratu Baka
(856 M) dalam bahasa Sansekerta dan ditulis menggunakan huruf Jawa kuno.
Dalam prasasti tersebut diceritakan tentang seorang raja bernama Sri Kumbaja
atau Sri Kalasodbhava yang membangun tiga 'lingga', yaitu Krttiwasalingga
dengan pendamping Dewi Sri, Triyarbakalingga dengan pendamping Dewi
Suralaksmi, dan Haralingga dengan pendamping Dewi Mahalaksmi. Diperkirakan
bangunan yang dimaksud adalah Candi Barong. Dalam Prasasti Pereng (863 M),
yang juga ditulis dalam bahasa Sansekerta dengan menggunakan huruf Jawa kuno,
disebutkan bahwa pada tahun 784 Saka (860 M) Rakai Walaing Pu Kumbhayoni
menganugerahkan sawah dan dua bukit di Tamwahurang untuk keperluan
pemeliharaan bangunan suci Syiwa bernama Bhadraloka. Para ahli berpendapat
bahwa Sri Kumbaja atau Sri Kalasodbhava adalah Pu Kumbhayani dan bangunan
Syiwa yang dimaksud adalah Candi Barong.
Berbeda
dengan candi-candi lainnya di Jawa Tengah, Candi Barong merupakan bangunan
punden berundak, yaitu model bangunan suci pada masa prahindu. Candi ini
terdiri atas teras bersusun tiga, makin ke atas main sempit. Luas teras
pertama adalah 90 x 63 m2, sedangkan teras kedua adalah 50 x 50 m2. Dilihat
dari letak tangga naik dari teras ke terasnya, candi Hindu ini menghadap ke
barat. Di pertengahan sisi barat terdapat tangga naik dari teras pertama ke
teras kedua setinggi sekitar 4 m dengan lebar 3 m.
Teras
ketiga, yang berukuran 25 x 38 m2, terletak 5 m dari permukaan teras kedua,
dan dapat dicapai melalui tangga selebar 3,2 m. Tangga tersebut dilengkapi
dengan pipi tangga di kiri-kanannya. Di pangkal tangga terdapat hiasan
menyerupai 'ukel' yang sudah tidak jelas bentuknya. Di kiri dan kanan dinding
pipi tangga terdapat hiasan berupa daun kalpataru yang sebagian sudah rusak.
Di puncak tangga terdapat gerbang beratap (gapura paduraksa) menuju ke
pelataran teras ketiga. Di atas ambang gapura terdapat hiasan Kalamakara.
Dinding
teras diberi penguat berupa susunan balok batu andesit yang diperhalus dengan
lapisan batu putih di permukaannya. Dinding teras candi, dari teras terbawah
sampai yang teratas, terlihat polos tanpa hiasan. Mendekati ujung selatan
dinding barat teras ketiga terdapat ceruk yang belum jelas fungsinya.
Di
pelataran teras teratas, yang dianggap sebagai tempat yang tersuci terdapat
dua bangunan berjajar arah utara-selatan, masing-masing mempunyai luas dasar
8 x 8 m2. Bangunan pertama terletak di ujung selatan, sedangkan yang kedua
terletak di tengah pelataran, tepat berhadapan dengan tangga. Di ujung utara
terdapat reruntuhan bangunan yang belum dipugar.
Kedua bangunan yang ada tidak mempunyai mempunyai pintu masuk ke tubuh candi,
karena tidak terdapat ruangan di dalamnya, walaupun, menurut hasil
penelitian, diperkirakan terdapat rongga dalam tubuh bangunan. Relung-relung
yang ada saat ini dalam keadaan kosong. Arca yang pernah ditempatkan di sana
sudah tak bersisa, walaupun konon pada saat pemugarannya ditemukan 3 arca
dewi dan 4 arca dewa yang berciri Syiwaistik. Pada keempat sisi masing-masing
bangunan hanya terdapat relung tempat menaruh arca. Di atas ambang relung
terdapat hiasan kalamakara lengkap dengan rahang bawah yang sangat sederhana
pahatannya.
Tidak
terdapat hiasan relief pada dinding dan kaki bangunan, hanya ada pahatan
berpola dedaunan dan sosok manusia yang sederhana. Atap candi bersusun dengan
puncak runcing. Pelipit atap berpola bunga dan kumuda.
No comments:
Post a Comment