Wednesday, November 7, 2018

conteo teks syarhil “NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM”


اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله الذى امرنا بالجهاد فى سبيل الله و ترك الهوى . اشهد ان لا إله إلا الله رب العرش استوى و اشهد ان سيدنا محمدا رسوله المصطفىالصّلاة والسّلام على رسول لله، سيّدنا والنبيّنا محمد ابن عبدلله، وعلى آله وصحبه ومن الوّله
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah air.
“nasionalis yang sejati, yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada pengetahuan atas susunan ekonomi dunia dan riwayat, nasionalis yang bukan chauvinis, tidak boleh tidak, haruslah menolak segala paham pengecualian yang sempit budi itu. Nasionalismenya itu timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan, rasa cinta bangsa itu adalah lebar dan luas, dengan memberi tempat kepada seuatu yang lain-lain, sebagai lebar dan luasnya udara yang perlu untuk hidupnya segala hal yang hidup.”
“Cuplikan diatas adalah pernyataan dan pemikiran Ir. Soekarno Presiden pertama Republik Indonesia.”

Sebagai negeri yang mayoritas warganya muslim ini, diskursus hubungan Islam dan Nasionalisme telah berlangsung sejak didirikannya Republik Indonesia. Diskursus ini mulai mengemuka dalam fenomena sejarah perumusan dasar negara. Disatu pihakmengiinginkanIslam sebagai dasar negara, dilain pihak menginginkan Pancasila; Namun perbedaan keinginan tersebut tidak menjadi penghambat terbentuknya perumusan dasar negara.Mereka yakin dan percaya bahwa nasionalisme tidak bertentangan dengan Islam dan bahkan merupakan bagian dari Islam itu sendiri. Islam tidak bertentangan dengan Nasionalisme dan bahkan keduanya bersenyawa. Fakta itulah yang telah ditunjukkan para perintis perjuangan kemerdekaan Indonesia tempo dulu. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan bangunan nation-state nya merupakan bentuk final yang harus tetap dipertahankan, karena merupakan hasil jihad dan ijtihad umat Islam dalam proses sejarah yang panjang.
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah air.
            Untuk membahas lebih lanjut tentang nasionalisme pada kesempatan kali ini izinkanlah kami menyampaikan syarahan yang terangkai dalam sebuah judul :

NASIONALISME DALAM KONSEP ISLAM
Denan berlandaskan firman Allah S.W.T dalam Q.S. An-Nisa ayat 59 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dantaatilahRasul (Nya), danulilamri di antarakamu. Kemudianjikakamuberlainanpendapattentangsesuatu, makakembalikanlahiakepada Allah (Al Quran) danRasul (sunnahnya), jikakamubenar-benarberimankepada Allah danharikemudian. Yang demikianitulebihutama (bagimu) danlebihbaikakibatnya. (Q.S. An-Nisa : 59)
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah air.
Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam Tafsirnya juz 3 Halaman 72. Menjelaskan ayat ini adalah perintah kepada orang  yang beriman agar mematuhi Allah serta mengamalkan Al-Qur’an, dan juga patuh kepada perintah rasulnya, serta patuh kepada ulil amri, pemerintah, ulama,pangilma perangdan bentuk pemimpin lainnya yang menjadi rujukan dalam memenuhi kebutuhan hidup dan memecahkan masalah yang dihadapi.Kepatuhan terhadap pemimpin merupakan cerminan sikap nasionalisme pada diri individu, tidak peduli apapun sukunya, apapun rasnya, apapun agamanya, apapun budayanya, jika sudah termasuk kedalam sebuah negara, maka individu itu wajib mematuhi pemimpin atas dasar cinta pada tanah airnya.
Belakangan muncul dan berkembang berbagai isu sangat kursial yangberpotensi menggoyangkan NKRI, ada kelompok-kelompok yang ingin membangun ideologi menciptakan konspirasi, ingin merubah dasar negara dengan dasar yang diyakini, sampai-sampai sanggup mengkafirkan siapa saja yang tak sehati, bahkan sanggup mengkafirkan saudaranya sendiri, memaksakan kehendak serta menyebarkan fitnahdisana sini, mengadu domba antar umat supaya saling membenci. Hadirin, jika hal ini tidak segera dihentikan, maka kekacauan akan menyebabkan permusuhan. Akan banyak dari kita yang awalnya kawan menjadi lawan. Dan banyak dari kita yang awalnya bersatu dapat menjadi berseteru. Kita sebagai warga nasionalisme, sudah seharusnya memahami arti ukhuwah secara luas dan itu merupakan pengamalan dari “hablum minan naas”.
Allah S.W.T telah mengingatkan dalamAl-Qur’an surat Ar-Rum ayat 22 :

وَمِنْ آَيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Prof. Dr. Qurashihab menjelaskan dalam Tafsir AL-Misbahnya bahwa manusia diperintahkan untuk melihat kekuasaan Allah terlebih dahulu baik yang ada di langit dan begitu pula yang ada di bumi.Setelah menengadah melihat langit dan menekur meninjau bumi, orang kembali disuruh untuk melihat dirinya.Dalam artian sebaiknya kita tidak menyombongkan diri dengan memaksakan paham sendiri, senantiasa mengutamakan keutuhan NKRI.
Secara doktrin, orang Islam memang tidak mengenal batas-batas kewilayahan, kebangsaan, negara, bendera, dan macam-macam simbol lainnya. Sebagaimana halnya sejarah Islam juga mengenal sistem khilafahuniversal. Tetapi sebetulnya itu tidak lain merupakan realitas historis yang merupakan konsekuensi saja dari penaklukan demi penaklukan yang dilakukan penguasa-penguasa Islam saat itu, dan proses sejarah menyebut mereka ini dengan sebutan khalifah.Tapi kenyataan historis mengantarkan umat Islam ke dalam alam modern yang berbasis nation-state. Gelora nasionalisme dan lain sebagainya itu, selalu saja diletakkan dalam konteks bagaimana memerdekakan diri dari penjajahan dan penguasaan pihak asing. Oleh karena itu, nasionalisme dimaksud mengandung gagasan kecintaan terhadap tanah air, mempererat persaudaraan, bela negara untuk membebaskan diri dari kolonialisme.

No comments:

Post a Comment

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana