Saturday, November 10, 2018

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana

LAKI-LAKI DANAU

Daun-daun luruh
Pada pohonmu yang teduh

Malam terlepas dari tangkainya
Rebah di katil itu

Sepotong danau
Dengan angsa-angsa putih

Berenang-renang di tepian
Di bawah cahaya bulan

Depok, 29-20 November 2016



NOVEMBER

November datang 
seperti jari-jari hujan yang tajam
menembus kerikil
dan batu-batu hitam

menepis aroma sepatu  
yang membius rongga hidungku
hingga membiru

Lembar-lembar kelopakmu
tumbuh dalam lumut waktu
Tapi wanginya sekejap terus berlalu

Rafflesia, engkaulah sosok tubuh
yang selalu mengganggu tidurku
menghadirkan istana di tengah kota

Depok, 20 November 2016



ARTEFAK

arloji  yang berlumut 
Meyibak  halaman buku-buku tua
Dan keping-keping  artefak
Beku dan berdebu

Aroma keringatmu 
Memanggil  di balik tirai itu
Menyebar  butiran benih mawar merah
Pada taman  bunga

Hembusan angin  membawa pesan
Sepenggal  angan 
Dan gamang menunggu 
Diantara timbunan rindu 

Depok, 5 september 2015, November 2016



BARA

Seperti di tengah hutan  
Aum harimau,seringai srigala dan lolongan anjing
Melengkapi jari-jari malam yang runcing
Melempar bola api kian kemari

Aku melompat dari satu pucuk ke pucuk pohon
Sambil  menyebut namamu bekali-kali
Hingga serak suara malam 
Dan gerimis menjadi melodi paling abadi

Aku membuka kitab-kitab 
Dari baliknya kau mencibir 
Meruntuhkan huruf-huruf zikirku
Mengobarkan api di tungku-tungku

Seperti di tengah lautan 
Ombak tak henti mengguncang
Aku adalah kapal yang kesepian
Menjala ikan hingga ke seberang

Depok, 16 september 2015 /November 201


PIJAR

Jika malam adalah lentera
Pekatnya menjelma  permata
Kita adalah sepasang angsa putih
Mengepak-ngepak sayap di bawah purnama 

Dan kilau itu merayap dalam darahku 
Membentuk pulau-pulau dari negeri  dongeng
Dan kita berlarian di halaman
Seperti dua bocah yang baru mendapatkan  mainan 

Pijar itu selalu turun dari kening bintang
Dari mataku, dari matamu: 
danau putih salju
Tempat angsa- angsa berenang itu

Depok, 18 Seotember 2015 /November 2016


KIDUNG MALAM 

Di atas daun-daun  malam
Kurebahkan seluruh tubuh dan kepenatan 

Menari  di atas luasnya  laut
Hingga  dasar terdalam

Kelopak-kelopak bunga  
Mekar bak kuncup-kuncup seroja

Mengirim tepi pantai 
Dengan ombak-ombak yang tenang 
Di tempa cahaya bulan

Lampu-lampu makin tua 
Peri-peri  terus bernyanyi

Semerawut dengkurmu
Seperti melodi kusut
     
Depok, 22 november 2015/18 November 2016


DONGENG POHON

Pohon-pohon  yang tumbuh di rambutmu
Daun-daunnya terjuntai  hingga mataku 
Tiap sore sepasang kupu-kupu selalu hinggap
Menetaskan butir-butir salju

Pohon-pohon yang tumbuh di daun pintu
Semilir angin menyerbu hingga tungku
Kita terlelap di kamar 
Memetik bintang-bintang itu

Mengapa pohon-pohon tumbang dalam tidurku
Dan kau terbang seperti kupu-kupu
Sepasang bocah berlari buru-buru
Menangkapmu

Tidurku tiba-tiba menjadi beku
Seperti bongkahan salju menindih kepalaku
Kamar mendadadak bisu
Dalam temaram lampu-lampu 

Aku memanggilmu tapi kau terlanjur berlalu
Masuk ke dalam pohon itu 


Depok, 11 desember 2015/19 November 2016


LALAT

Seekor lalat hinggap di ujung jariku
Menyelinap di balik  kuku 
Menyusup ke dalam darah
Lepas di nadiku

Seperti  vaksin  
Kebal  akan ulat-ulat daun
Melobangi  setiap lembarnya
Dengan taring bisa

19 November 2016


Willy Ana lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Setelah menamatkan diploma bidang komputer di Bengkulu, ia hijrah ke Jakarta pada 2002.  Buku kumpulan puisi tunggal nya Aku Berhak Bahagia (2016)  dan  Tabot: Aku Bengkulu  (2017). Puisinya tersebar di beberapa antologi puisi bersama. Sebagian karya dan aktivitasnya ada di di blog: willyana.com. Kini tinggal di Depok, Jawa Barat.


No comments:

Post a Comment

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana