Nasionalisme yang ditolak oleh Islam, adalah ta’ashshub atau
sikap fanatisme dan kecintaan berlebihan terhadap suku atau bangsa sehingga
menimbulkan mudlarrat (bahaya) bagi pihak lain di luarnya.
Nasionalisme semacam ini sepadan dengan chauvinisme, atau yang
dalam istilah Syafi’i Ma’arif diebut “Nasionalisme Ekspansif”, seperti paham
yang dianut oleh Hittler dan Israel. Tentu saja hal itu bertentangan dengan
ajaran Islam. Adapun “Nasionalisme Formatif” yang mengandaikan kecintaan
terhadap tanah air (hubb al-wathan), pembebasan (hurriyyah),
dan persaudaraan (ukhuwwah) justeru merupakan bagian dari
ajaran universal Islam itu sendiri.
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah
air
mari kita renungkan firman Alllah dalam Q.S. Al- Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang berimanitusesungguhnyabersaudara.
Sebabitudamaikanlah (perbaikilahhubungan) antarakeduasaudaramuitudantakutlahterhadap
Allah, supayakamumendapatrahmat.” Q.S. Al-Hujurat
: 10
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah
air
Kata Ikhwatun menurut Prof. Dr. M. Quraihs Shihab
adalah persaudaraan yang terjalin diantara sesama muslim adalah persaudaraan
yang berganda. Pertama, karena dasar keimanan. Kedua, karena dasar keturunan.
Bedasarkan penelasan tersebut,bahwa Allah melarang islam untuk berpecah belah
sesama kita. Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah dua sisi mata uang yang saling
memberikan makna. Keduanya tidak bisa diposisikan secara diametral atau
dikhotomik. Nasionalisme selalu meletakkan keberagaman atau pluralitas sebagai
konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar yang menyatukan sebuah
negara bangsa.
Idealnya umat Islam tidak perlu
merasa khawatir kehilangan identitas karena persenyawaannya dalam negara bangsa yang pas. Hati-hati,
perjuangan
yang ditekankan untuk menonjolkan identitas atau simbol-simbol keIslaman dalam
kerangka perjuangan politik kebangsaan hanya merupakan cerminan kelemahan umat
Islam sendiri. Selain itu, meskipun terbuka peluangnya di alam demokrasi ini,
penekanan berlebihan dalam hal itu akan potensial menjadi penyulut
disintegrasi, dan ini tidak sejalan dengan nasionalisme itu sendiri. Idealnya, perjuangan
politik umat Islam menekankan pada penguatan nasionalisme Indonesia dengan
memperkokoh faktor-faktor perekat kebangsaan yang secara substantif.
Nilai-nilai dimaksud merupakan nilai-nilai universal Islam yang menyentuh
kesadaran pragmatis warga negara, seperti keadilan bagi semua, kesejahteraan merata, kepercayaan terjaga, dansebagainya.
Mari kita bercermin pada Fakta keberhasilan politik Islam
telah dicontohkan oleh masyarakat Madinah pada masa Rasulullah dan sahabat.
Secara politis, muslim dan pemeluk agama lainnya hidup mandiri, berdaya,
teratur dan egaliter sebagai warga negara.Untuk mewujudkannya kembali ilmuwan
politik Islam seperti Ibnu Aby Rabi, Al-Mawardi dan Al-Ghazali memaparkan
pentingnya rasa aman, keadilan, dan supremasi hukum.Mc. Donald menyebut Madinah
sebagai negara Islam pertama yang memiliki dasar-dasar politik dan
perundang-undangan. Muhammad SAW sebagai kepala negara kala itu telah
menetapkan dasar-dasar dan sendi-sendi pemerintahan, dan berhasil menyatukan
semua golongan. Resep rahasianya adalah implementasi spiritualisme Islam
ke seluruh sendi kehidupan, termasuk politik. Sejarah mencacat, di zaman
Rasulullah telah dihasilkan konstitusi yang berkeadilan dan demokratis, yaitu
Piagam Madinah. Pakar Barat seperti Julius Wilhausen, Leon Caetani, Hubert
Grime, Montgomery Watt dan lainnya mengakuinya sebagai konstitusi pertama di
dunia dan paling lengkap sepanjang sejarah manusia.
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa.
Kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunah Nabi dalam membentuk
warga yang nasionalisme yang berarti tak ada perpecahan, saling berjuang untuk
mendapatkan kemerdekaan, dan tidak saling bermusuh musuhan namun saling mengisi
kekurangan dalam memenuhi setiap kebutuhan bangsa dan negara. Dengan demikian
Insyallah bangsa kita akan makmur dengan rakyat yang berbudi luhur sehingga
Rahmat Allah pun akan terkucur. Aamiin yaa robbal ‘Alamiin.
Negara kaya ragam budaya
Berbagai suku adat bahasa
Beda jadikan kekuatan bangsa
Nasionalis dan agamis tanam dijiwa
Tentram damai adil sejahtra
Kaen songket ciri khas melayu
Molek dipakai jadi pemikat
Marilah samue kite bersatu
NKRI berdaulat islam penguat
واسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Demikianlah contoh Teks Syarhil Nasionalisme Dalam Konsep Islami, semoga bermanfaat
bagi Ibuk-ibuk semua.
Dan Salam Manis dari Saya..
No comments:
Post a Comment