Wednesday, November 7, 2018

contoh teks Syarhil Nasionalisme dalam konsep Islam


Nasionalisme yang ditolak oleh Islam, adalah ta’ashshub atau sikap fanatisme dan kecintaan berlebihan terhadap suku atau bangsa sehingga menimbulkan mudlarrat (bahaya) bagi pihak lain di luarnya. Nasionalisme semacam ini sepadan dengan chauvinisme, atau yang dalam istilah Syafi’i Ma’arif diebut “Nasionalisme Ekspansif”, seperti paham yang dianut oleh Hittler dan Israel. Tentu saja hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. Adapun “Nasionalisme Formatif” yang mengandaikan kecintaan terhadap tanah air (hubb al-wathan), pembebasan (hurriyyah), dan persaudaraan (ukhuwwah) justeru merupakan bagian dari ajaran universal Islam itu sendiri.
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah air
mari kita renungkan firman Alllah dalam Q.S. Al- Hujurat ayat 10 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang berimanitusesungguhnyabersaudara. Sebabitudamaikanlah (perbaikilahhubungan) antarakeduasaudaramuitudantakutlahterhadap Allah, supayakamumendapatrahmat. Q.S. Al-Hujurat : 10
Majlis hakim yang arif dan bijaksana. Sudara-saudara sebangsa dan setanah air
Kata Ikhwatun menurut Prof. Dr. M. Quraihs Shihab adalah persaudaraan yang terjalin diantara sesama muslim adalah persaudaraan yang berganda. Pertama, karena dasar keimanan. Kedua, karena dasar keturunan. Bedasarkan penelasan tersebut,bahwa Allah melarang islam untuk berpecah belah sesama kita. Islam dan Nasionalisme Indonesia adalah dua sisi mata uang yang saling memberikan makna. Keduanya tidak bisa diposisikan secara diametral atau dikhotomik. Nasionalisme selalu meletakkan keberagaman atau pluralitas sebagai konteks utama yang darinya dapat melahirkan ikatan dasar yang menyatukan sebuah negara bangsa.
Idealnya umat Islam tidak perlu merasa khawatir kehilangan identitas karena persenyawaannya dalam negara bangsa yang pas. Hati-hati, perjuangan yang ditekankan untuk menonjolkan identitas atau simbol-simbol keIslaman dalam kerangka perjuangan politik kebangsaan hanya merupakan cerminan kelemahan umat Islam sendiri. Selain itu, meskipun terbuka peluangnya di alam demokrasi ini, penekanan berlebihan dalam hal itu akan potensial menjadi penyulut disintegrasi, dan ini tidak sejalan dengan nasionalisme itu sendiri. Idealnya, perjuangan politik umat Islam menekankan pada penguatan nasionalisme Indonesia dengan memperkokoh faktor-faktor perekat kebangsaan yang secara substantif. Nilai-nilai dimaksud merupakan nilai-nilai universal Islam yang menyentuh kesadaran pragmatis warga negara, seperti keadilan bagi semua, kesejahteraan merata, kepercayaan terjaga, dansebagainya.
Mari kita bercermin pada Fakta keberhasilan politik Islam telah dicontohkan oleh masyarakat Madinah pada masa Rasulullah dan sahabat. Secara politis, muslim dan pemeluk agama lainnya hidup mandiri, berdaya, teratur dan egaliter sebagai warga negara.Untuk mewujudkannya kembali ilmuwan politik Islam seperti Ibnu Aby Rabi, Al-Mawardi dan Al-Ghazali memaparkan pentingnya rasa aman, keadilan, dan supremasi hukum.Mc. Donald menyebut Madinah sebagai negara Islam pertama yang memiliki dasar-dasar politik dan perundang-undangan. Muhammad SAW sebagai kepala negara kala itu telah menetapkan dasar-dasar dan sendi-sendi pemerintahan, dan berhasil menyatukan semua golongan. Resep rahasianya adalah implementasi spiritualisme Islam ke seluruh sendi kehidupan, termasuk politik. Sejarah mencacat, di zaman Rasulullah telah dihasilkan konstitusi yang berkeadilan dan demokratis, yaitu Piagam Madinah. Pakar Barat seperti Julius Wilhausen, Leon Caetani, Hubert Grime, Montgomery Watt dan lainnya mengakuinya sebagai konstitusi pertama di dunia dan paling lengkap sepanjang sejarah manusia. 
Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa. Kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunah Nabi dalam membentuk warga yang nasionalisme yang berarti tak ada perpecahan, saling berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan, dan tidak saling bermusuh musuhan namun saling mengisi kekurangan dalam memenuhi setiap kebutuhan bangsa dan negara. Dengan demikian Insyallah bangsa kita akan makmur dengan rakyat yang berbudi luhur sehingga Rahmat Allah pun akan terkucur. Aamiin yaa robbal ‘Alamiin.

Negara kaya ragam budaya
Berbagai suku adat bahasa
Beda jadikan kekuatan bangsa
Nasionalis dan agamis tanam dijiwa
Tentram damai adil sejahtra

Kaen songket ciri khas melayu
Molek dipakai jadi pemikat
Marilah samue kite bersatu
NKRI berdaulat islam penguat


واسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Demikianlah contoh Teks Syarhil Nasionalisme Dalam Konsep Islami, semoga bermanfaat bagi Ibuk-ibuk semua.
Dan Salam Manis dari Saya..

No comments:

Post a Comment

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana