Saturday, November 10, 2018

Kumpulan Sajak-sajak Mezra E. Pellondou

Vat Wobol

Memasuki mulut kumbang  pintu gerbang negeri kenari
dari atas gelombang laut perempuan itu menatap ladang-ladang siap panen
di kejauhan sana
ia terlalu yakin  menjadi perempuan yang melewati jalan Vat  Wobol

sudah lama perempuan itu  duduk beralas sebatang labu
bersetia menatap Kameng Lei raja mesbah mengucap doa
menengadah ke atas, padi panen pertama dihamburkan ke udara
menatap ke bawah, benih panen pertama dihamburkan ke tanah
Allah Tala, War Allah Talla Ey Mira
Vun Palaci Sey
Tanpa Vat  Wobol hasil panen tabu dimakan

Setelah tahun-tahun bergulir lelakinya pergi
Tinggalkan  perempuan itu
Juga ladang padi dan empat anak mereka
bulir-bulir padi kembali bernas
perempuan itu memutuskan membuang alas batang labu
tidak sanggup lagi menatap Kameng Lei
sudah lama anak-anaknya belum makan
tanpa Vat Wobol perempuan itu telah menyuapi
anak-anaknya dari hasil panen

memasuki mulut kumbang negeri kenari
perempuan itu seperti terpenjara bersama anak-anaknya
bagai kutuk abadi di nadinya

Kupang,14 Maret 2017


Labatala

Semalam lelakiku pergi temui Labatala airmataku tumbuh
memanjang menutup pori
cuma air susu yang menolak kesedihan
saat bunyi desis bayi merah kita terdengar telinga ui dan fed             
bulan dan matahari
meneruskan suara kecap bayi
ke tahta Labatala
dewa Mairal pemantra laut               
dewa Nedah penjaga telaga
ikut sujud pada Labatala dengan airmata

Di kejauhan dewa Kalinang menyeringai
desis bayi merah kita kian riuh air susu membanjir tubuhnya
tumbuh perempuan gunung
segagah matahari
sekokoh pohon kenari

suatu ketika seorang Lowolong  mengusik cahayanya
panas membara menikam kornea bumi
Hei,Kalinang di mana kau sembunyikan Tineshing Seka?                                       
dia telah menghantar lelakiku ke Labatala                                                 
Lihat, belum waktunya!
                           
Dua puluh lima tahun sudah lelakiku cuma beterbangan di alam sana      
pintu masih ditutup Labatala

pada hidup yang melipat
anak perempuan karangku terus saja menjinakkan Kalinang
dengan doa-doanya pada Labatala yang selalu perih
melalui Mou Maha Maha
“Ayah, bertahanlah pintu pasti terbuka untukmu”

Kupang, Februari 2017


Petiklah Sowito dan Menarilah

Mengapa harus tertinggal satu nada?
padahal gadis-gadis belia berselubung
kain sarung
masih menggila memetik Sowito
mereka bukan tidur

suling-suling bersuara ganda Foi Doa
ikut menggilas hidup sejak bayi-bayi  lepas tali pusar
rasa manis, asam pedas, sepat, asin
tersesat dalam nafas dan tak ingin pulang
itu bukan kekalahan

jangan ada yang tertinggal walau hanya satu nada
mari, petiklah Sowito!

ringan dan lincah gerak kaki penari Toda Gu
bukan cuma milik lelaki

ambillah tombak dan parang simpanlah
ini tarian kita
tanpa ada yang harus terluka
jika ingin menang
Petiklah Sowito setiap memulai pertandingan


Ina Pare

Belum sempurna aku berlayar dengan rakit ayah
melepas benih di kebun-kebun
jika pada tanah-tanah retak tidak kutulisi sajak Ina Pare

Sejak Tua Nggae memilih tinggal di kokoh beringin rimbun
manusia  adalah mamo yang selalu lapar dan serakah
jika tidak ada Ina Pare pematang-pematang tak berair
untuk memuaskan dahaga, membersihkan cemar
dan menyuburkan rahim semesta

Kupang, 2 Maret 2017


Lelaki Puu, Perempuan dan Air

 (Ae tau sike foko nebu ngade moa,Ae tau sasa masa eo raki rombo, Ae tau reki reba leka tede kema,buku suku nuwa weemeta)

Lelaki Puu ingin sekali mengawini perempuan bumi
air mengupacarainya lewat hujan
rahimnya subur
mereka kawin dan beranak pinak
padi,jagung, sayur, kacang  dan ubi
tetapi air tetaplah air

sekarang, lelaki bumi punya sejumlah alasan
lebih dahulu  memetik dan memanen
karena lelaki yang mengawini
menjadi yang pertama makan nasi dalam ruas-ruas bambu muda
karena lelaki  sang pemilik benih padi

tetapi air tetaplah air
yang masih bisa  tertawa  mencoba bermantera sajak nenek moyang
(Ae tau sike foko nebu ngade moa,Ae tau sasa masa eo raki rombo, Ae tau reki reba leka tede kema,buku suku nuwa weemeta)

Kupang, 3 Maret 2017


Huma

Sejak bumi mengalami  haid pertama
Penanggalan pun mulai digores untuk ditandai
masa subur hingga musim paceklik
Amak Weru ditanami padi dua musim

Saat bumi menunjukkan gejala manapouse
penanggalan pun mulai dilipat untuk ditandai
memasuki  tahun ketiga
Amak  Gun harus dilahirkan untuk ditanami
jagung, ubi-ubian  dan kacang

setelah itu istirahatlah tanah
penanggalan yang tergores dan terlipat diamati
bumi sambil tersenyum
karena telah jadi ibu yang paling bahagia

Kupang, 4 Maret 2017


Mezra E. Pellondou, lahir di Kupang NTT 21 Oktober 1969. Menggeluti penulisan puisi, cerpen, novel dan ulasan sastra.  Memperoleh sejumlah penghargaan karya sastra, Pemenang Pertama Nasional  Penghargaan Sastra untuk Pendidik (2012) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Nasional RI atas konsistensi berkarya pada bidang sastra. Penerima Penghargaan NTT Academia Award 2013 kategori Sastra dan Humaniora. Puisi-puisi dimuat di Harian Umum Pos Kupang, Jurnal Loti Basastra Kantor Bahasa NTT, Serambi Aceh, Gayo Online dsb.  Puisi-puisi Mezra juga dimuat  dalam Buku Senja di Kota Kupang, Antologi Temu 1 Sastrawan NTT (2013).  Antologi Temu II Sastrawan NTT Nyanyian Sasando (2015).    Kumpulan Puisi Kopi 1.550 mdpl (2016). Puisi Penyair Nusatara 6,5 SR Luka Pidie Jaya (2017)  Antologi  Puisi Penyair Nusantara Aceh 5:03 6,4 SR (2017). Nyanyian Puisi  untuk Ane Matahari (2017). Menerbitkan Kumpulan Puisi, Kekasih Sunyiku (2013). Tujuhpuluhkalitujuhkali (2016). Sebelumnya,karya puisi Mezra  terhimpun dalam buku Nyanyian Pulau-Pulau,Antologi Wanita Penulis Indonesia  (2010), Aku Telah Menjadi Beo, Antologi Puisi Guru (2006). Karya  ulasan  Mezra berjudul Naturalisme Anafora dan  Epifora, Suatu Pencaharian Peta Tuhan (Ulasan atas  seratus puisi Taifiq  Ismail: Malu (Aku)  Jadi Orang Indonesia (2005), masuk sebagai 17 karya terbaik dalam Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) 2005  kategori reguler tingkat nasional (2005). Penggagas dan pendiri Uma Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM) 2006 dan melakukan gerakan literasi di wilayah-wilayah kepulauan, perbatasan dan lembaga pemasyarakatan (LP) Anak, kelas IIA Kupang.







No comments:

Post a Comment

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana