SUMBER AQIDAH
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah.
Artinya apa saja yang disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah
dalam sunnah-nya wajib diimani, diyakini, dan diamalkan.
Akal fikiran sama sekali bukan sumber aqidah Islam, tetapi merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiyah kebenaran yang disampaikan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemapuan semua makhluk Allah.
Akal fikiran sama sekali bukan sumber aqidah Islam, tetapi merupakan instrumen yang berfungsi untuk memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba – kalau diperlukan – membuktikan secara ilmiyah kebenaran yang disampaikan oleh al-Qur’an dan Sunnah. Itupun harus didasari oleh suatu kesadaran penuh bahwa kemampuan akal sangat terbatas, sesuai dengan terbatasnya kemapuan semua makhluk Allah.
Akal tidak akan mampu menjangkau masa’il ghaibiyah
(masalah-masalah ghaib), bahkan akal tidak akan sanggup menjangkau sesuatu yang
tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Misalnya, akal tidak mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan kekekalan itu sampai kapan? Atau akal tidak sanggup menunjukan tempat yang tidak ada di darat atau di laut, di udara dan tidak dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Misalnya, akal tidak mampu menunjukan jawaban atas pertanyaan kekekalan itu sampai kapan? Atau akal tidak sanggup menunjukan tempat yang tidak ada di darat atau di laut, di udara dan tidak dimana-mana. Karena kedua hal tersebut tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Oleh sebab itu akal tidak boleh dipaksa memahami
hal-hal ghaib tersebut dan menjawab pertanyaan segala sesuatu tentang hal-hal
ghaib itu. Akal hanya perlu membuktikan jujurkah atau bisakah kejujuran si
pembawa risalah tentang hal-hal ghaib itu bisa dibuktikan secara ilmiyah oleh
akal fikiran.
Berkenaan dengan peneyelidikan akal untuk menyakini
aqidah Islam, terutama yang berkenaan dengan hal-hal ghaib di atas, manusia
dipersilahkan untuk mengarahkan pandangan dan penelitianya kepada alam semesta
ini, di bumi, di langit, dan rahasia-rahasia yang terseimpan pada keduanya.
Manusia diperintahkan untuk memperhatikan bagaimana
langit ditegakan tanpa tiang seperti yang kita lihat, dan bumi dihamparkan dan
dibangun dengan suasana yang teratur dan teguh dalam sebuah system yang saling
berjalin berkelindan.
Penyelidikan akal yang mendalam pasti akan mengatakan dan meyakinkan, bahwa alam ini mustahil tercipta dengan sendirinya dan timbul karena kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain, seperti keyakinan dalam naturalisme.
Penyelidikan akal yang mendalam pasti akan mengatakan dan meyakinkan, bahwa alam ini mustahil tercipta dengan sendirinya dan timbul karena kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain, seperti keyakinan dalam naturalisme.
Penyelidikan akal secara cermat dapat melahirkan pengakuan mutlak bahwa
semua alam semesta yang teratur, rapi, dan berjalan menurut hukum yang tetap
dan tak berubah-ubah mensyaratkan ada penciptanya, pengatur dan pemeliharanya.
Oleh karena itu, al-qur’an berkali-kali menganjurkan dan memberikan petunjuk ke
arah penyelidikan dalammenetapkan aqidah dengan cara demikian. Lihat firman
Allah QS Al-baqarah:164.
No comments:
Post a Comment