LAKI-LAKI
DANAU
Daun-daun luruh
Pada pohonmu yang teduh
Malam terlepas dari tangkainya
Rebah di katil itu
Sepotong danau
Dengan angsa-angsa putih
Berenang-renang di tepian
Di bawah cahaya bulan
Depok, 29-20 November 2016
NOVEMBER
November datang
seperti jari-jari hujan yang tajam
menembus kerikil
dan batu-batu hitam
menepis aroma sepatu
yang membius rongga hidungku
hingga membiru
Lembar-lembar kelopakmu
tumbuh dalam lumut waktu
Tapi wanginya sekejap terus berlalu
Rafflesia, engkaulah sosok tubuh
yang selalu mengganggu tidurku
menghadirkan istana di tengah kota
Depok, 20 November 2016
ARTEFAK
arloji yang berlumut
Meyibak halaman buku-buku tua
Dan keping-keping artefak
Beku dan berdebu
Aroma keringatmu
Memanggil di balik tirai itu
Menyebar butiran benih mawar merah
Pada taman bunga
Hembusan angin membawa pesan
Sepenggal angan
Dan gamang menunggu
Diantara timbunan rindu
Depok, 5 september 2015, November 2016
BARA
Seperti di tengah hutan
Aum harimau,seringai srigala dan lolongan anjing
Melengkapi jari-jari malam yang runcing
Melempar bola api kian kemari
Aku melompat dari satu pucuk ke pucuk pohon
Sambil menyebut namamu bekali-kali
Hingga serak suara malam
Dan gerimis menjadi melodi paling abadi
Aku membuka kitab-kitab
Dari baliknya kau mencibir
Meruntuhkan huruf-huruf zikirku
Mengobarkan api di tungku-tungku
Seperti di tengah lautan
Ombak tak henti mengguncang
Aku adalah kapal yang kesepian
Menjala ikan hingga ke seberang
Depok, 16 september 2015 /November 201
PIJAR
Jika malam adalah lentera
Pekatnya menjelma permata
Kita adalah sepasang angsa putih
Mengepak-ngepak sayap di bawah purnama
Dan kilau itu merayap dalam darahku
Membentuk pulau-pulau dari negeri dongeng
Dan kita berlarian di halaman
Seperti dua bocah yang baru mendapatkan mainan
Pijar itu selalu turun dari kening bintang
Dari mataku, dari matamu:
danau putih salju
Tempat angsa- angsa berenang itu
Depok, 18 Seotember 2015 /November 2016
KIDUNG MALAM
Di atas daun-daun malam
Kurebahkan seluruh tubuh dan kepenatan
Menari di atas luasnya laut
Hingga dasar terdalam
Kelopak-kelopak bunga
Mekar bak kuncup-kuncup seroja
Mengirim tepi pantai
Dengan ombak-ombak yang tenang
Di tempa cahaya bulan
Lampu-lampu makin tua
Peri-peri terus bernyanyi
Semerawut dengkurmu
Seperti melodi kusut
Depok, 22 november 2015/18 November 2016
DONGENG POHON
Pohon-pohon yang tumbuh di rambutmu
Daun-daunnya terjuntai hingga mataku
Tiap sore sepasang kupu-kupu selalu hinggap
Menetaskan butir-butir salju
Pohon-pohon yang tumbuh di daun pintu
Semilir angin menyerbu hingga tungku
Kita terlelap di kamar
Memetik bintang-bintang itu
Mengapa pohon-pohon tumbang dalam tidurku
Dan kau terbang seperti kupu-kupu
Sepasang bocah berlari buru-buru
Menangkapmu
Tidurku tiba-tiba menjadi beku
Seperti bongkahan salju menindih kepalaku
Kamar mendadadak bisu
Dalam temaram lampu-lampu
Aku memanggilmu tapi kau terlanjur berlalu
Masuk ke dalam pohon itu
Depok, 11 desember 2015/19 November 2016
LALAT
Seekor lalat hinggap di ujung jariku
Menyelinap di balik kuku
Menyusup ke dalam darah
Lepas di nadiku
Seperti vaksin
Kebal akan ulat-ulat daun
Melobangi setiap lembarnya
Dengan taring bisa
19 November 2016
Willy Ana lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Setelah menamatkan diploma bidang komputer di Bengkulu, ia hijrah ke Jakarta pada 2002. Buku kumpulan puisi tunggal nya Aku Berhak Bahagia (2016) dan Tabot: Aku Bengkulu (2017). Puisinya tersebar di beberapa antologi puisi bersama. Sebagian karya dan aktivitasnya ada di di blog: willyana.com. Kini tinggal di Depok, Jawa Barat.
Daun-daun luruh
Pada pohonmu yang teduh
Malam terlepas dari tangkainya
Rebah di katil itu
Sepotong danau
Dengan angsa-angsa putih
Berenang-renang di tepian
Di bawah cahaya bulan
Depok, 29-20 November 2016
NOVEMBER
November datang
seperti jari-jari hujan yang tajam
menembus kerikil
dan batu-batu hitam
menepis aroma sepatu
yang membius rongga hidungku
hingga membiru
Lembar-lembar kelopakmu
tumbuh dalam lumut waktu
Tapi wanginya sekejap terus berlalu
Rafflesia, engkaulah sosok tubuh
yang selalu mengganggu tidurku
menghadirkan istana di tengah kota
Depok, 20 November 2016
ARTEFAK
arloji yang berlumut
Meyibak halaman buku-buku tua
Dan keping-keping artefak
Beku dan berdebu
Aroma keringatmu
Memanggil di balik tirai itu
Menyebar butiran benih mawar merah
Pada taman bunga
Hembusan angin membawa pesan
Sepenggal angan
Dan gamang menunggu
Diantara timbunan rindu
Depok, 5 september 2015, November 2016
BARA
Seperti di tengah hutan
Aum harimau,seringai srigala dan lolongan anjing
Melengkapi jari-jari malam yang runcing
Melempar bola api kian kemari
Aku melompat dari satu pucuk ke pucuk pohon
Sambil menyebut namamu bekali-kali
Hingga serak suara malam
Dan gerimis menjadi melodi paling abadi
Aku membuka kitab-kitab
Dari baliknya kau mencibir
Meruntuhkan huruf-huruf zikirku
Mengobarkan api di tungku-tungku
Seperti di tengah lautan
Ombak tak henti mengguncang
Aku adalah kapal yang kesepian
Menjala ikan hingga ke seberang
Depok, 16 september 2015 /November 201
PIJAR
Jika malam adalah lentera
Pekatnya menjelma permata
Kita adalah sepasang angsa putih
Mengepak-ngepak sayap di bawah purnama
Dan kilau itu merayap dalam darahku
Membentuk pulau-pulau dari negeri dongeng
Dan kita berlarian di halaman
Seperti dua bocah yang baru mendapatkan mainan
Pijar itu selalu turun dari kening bintang
Dari mataku, dari matamu:
danau putih salju
Tempat angsa- angsa berenang itu
Depok, 18 Seotember 2015 /November 2016
KIDUNG MALAM
Di atas daun-daun malam
Kurebahkan seluruh tubuh dan kepenatan
Menari di atas luasnya laut
Hingga dasar terdalam
Kelopak-kelopak bunga
Mekar bak kuncup-kuncup seroja
Mengirim tepi pantai
Dengan ombak-ombak yang tenang
Di tempa cahaya bulan
Lampu-lampu makin tua
Peri-peri terus bernyanyi
Semerawut dengkurmu
Seperti melodi kusut
Depok, 22 november 2015/18 November 2016
DONGENG POHON
Pohon-pohon yang tumbuh di rambutmu
Daun-daunnya terjuntai hingga mataku
Tiap sore sepasang kupu-kupu selalu hinggap
Menetaskan butir-butir salju
Pohon-pohon yang tumbuh di daun pintu
Semilir angin menyerbu hingga tungku
Kita terlelap di kamar
Memetik bintang-bintang itu
Mengapa pohon-pohon tumbang dalam tidurku
Dan kau terbang seperti kupu-kupu
Sepasang bocah berlari buru-buru
Menangkapmu
Tidurku tiba-tiba menjadi beku
Seperti bongkahan salju menindih kepalaku
Kamar mendadadak bisu
Dalam temaram lampu-lampu
Aku memanggilmu tapi kau terlanjur berlalu
Masuk ke dalam pohon itu
Depok, 11 desember 2015/19 November 2016
LALAT
Seekor lalat hinggap di ujung jariku
Menyelinap di balik kuku
Menyusup ke dalam darah
Lepas di nadiku
Seperti vaksin
Kebal akan ulat-ulat daun
Melobangi setiap lembarnya
Dengan taring bisa
19 November 2016
Willy Ana lahir di Bengkulu, 29 September 1981. Setelah menamatkan diploma bidang komputer di Bengkulu, ia hijrah ke Jakarta pada 2002. Buku kumpulan puisi tunggal nya Aku Berhak Bahagia (2016) dan Tabot: Aku Bengkulu (2017). Puisinya tersebar di beberapa antologi puisi bersama. Sebagian karya dan aktivitasnya ada di di blog: willyana.com. Kini tinggal di Depok, Jawa Barat.