BEBERAPA ISTILAH LAIN TENTANG AQIDAH
1. Iman
Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan
ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah bagian dalam
(aspek hati) dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Aspek
dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian
dengan amal.
Sedangkan kalau kita mengikuti definisi iman menurut
jahmiyah dan Asy’ariyah yang mengatakan bahwa iman hanyalah at-tashdiq
(membenarkan dalam hati) maka iman dan aqidah adalah dua istilah yang
bersinonim. Senada dengan ini, adalah pendapat Abu Hanifah yang mengatakan
bahwa iman hanyalah I’tiqad, sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak
dinamai iman.
Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut
ulama salaf (imam Malik, Ahmad, Syafi’I) yang mengatakan bahwa iman adalah :
” sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan anggota tubuh “ maka iman dan aqidah tentu tidak persis sama.
2. Tauhid
Tauhid artinya mengesakan (mengesakan
Allah-Tauhidullah). Ajaran tauhid adalah tema sentral aqidah dan iman, oleh
sebab itu aqidah dan iman diidentikan juga dengan istilah tauhid.
3.Ushuluddin
Ushuluddin artinya pokok-pokok agama. Aqidah, iman dan
tauhid disebut juga ushuluddin karena ajaran aqidah merupakan pokok-pokok
ajaran agama Islam.
4. Ilmu kalam
Kalam artinya berbicara, atau pembicaraan. Dinamakan
ilmu kalam karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan yang terjadi antara
pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal. Misalnya tentang al-Qur’an
apakah khaliq atau bukan, hadist atau qadim. Tentang taqdir, apakah manusia
punya hak ikhtiar atau tidak. Tentang orang berdosa besar, kafir atau tidak dan
lain sebagainya. Pembicaraan dan perdebatan luas seperti itu terjadi setelah
cara berfikir rasional dan falsafati mempengaruhi para pemikir dan ulama Islam.
5. Fikih Akbar
Fikih akbar artinya fikih besar. Istilah ini muncul
berdasarkan pemahaman bahwa tafaquh fiddin yang diperintahkan Allah swt
dalamsurat at-Taubah ayat 122, bukan hanya masalah fikih, tentu dan lebih utama
masalah aqidah. Untuk membedakan dengan fikih dalam masalah hukum ditambah
dengan kata akbar, sehingga menjadi fikih akbar.
6. Teologi Islam
Teologi berasal dari dua suku kata, yaitu teo (Tuhan)
dan logos (ilmu). Jadi teologi adalah ilmu menegnai Tuhan. Dalam pengertian
yang umum, teologi diartikan dengan “pengetahuan yang berkaitan dengan seluk
beluk tentang Tuhan. Para ahli agama-agama mengartikan teologi dengan
pengetahuan tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan Tuhan serta hubungan
Tuhan dengan alam semesta.
Sebagai ilmu yang membicarakan ketuhanan, maka kata
ini digunakan oleh semua agama. Sementara untuk teologi Islam mengkaji seluk
beluk ketuhanan yang terdapat dalam ajaran Islam. Dengan demikian kata teologi
bersifat netral, bisa digunakan kepada agama apa saja, sesuai dengan karakter
dari agama yang menjadikan ketuhanan sebagai kajian utamanya.
7. Ilmu Ma’rifat
Disebut sebagai ilmu ma’rifah, karena ilmu ini dapat
mengenal atau memperkenalkan ajaran-ajaran aqidah Islam, sehingga dalam
pembahasanya meliputi: Pertama, ma’rifat al-mabda’ yaitu mengenal Allah dengan
segala sifat, af’al dan asma-Nya. Kedua, ma’rifat al-wasithat yaitu mengenal
utusan-utusan Allah meliputi malaikat, rasul dan kitab-kitab Allah. Ketiga,
ma’rifat al-ma’ad yaitu mengenal dan mempercayai hari akhir dan segala sesuatu
yang terjadi di alam ini merupakan iradah dengan takdir Allah swt.
TINGKATAN AQIDAH
Tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya tergantung
dari dalil, pemahaman, penghayatan dan juga aktualisasinya. Tingkatan aqidah
ini paling tidak ada empat, yaitu:
1. Taqlid,
2. Ilmul yaqin,
3. ‘Ainul yaqin, dan
4. Haqqul yaqin.
1. Tingkat Taqlid
.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya”.
Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa
diketahui alasan-alasanya. Sikap taklid ini dilarang oleh agama Islam
sebagaimana disebutkan dalam QS al-Isra’ (17): 36.
2. Tingkat Ilmul Yaqin.
Tingkat ilmul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu
yang bersifat teoritis. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS at-takatsur (102):
1-5.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ!حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ!كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ!ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ!كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ!
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan
janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui
dengan pengetahuan yang yakin.”
3. Tingkat ‘Ainul Yaqin
Tingkat ‘ainul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan di
dalam QS at-Takatsur (102): 6-7.
لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ!ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ!
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu
benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin”.
4. Tingkat Haqqul Yaqin
Tingkat haqqul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui
pengamatan dan penghayatan pengamalan (empiris). Sebagaimana disebutkan di
dalam QS al-Waqi’ah (56): 88-89.
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ!فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ!وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ!فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ!وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ!فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ!وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ!إِنَّ هَذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَقِينِ!فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ!
“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada
Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta surga keni`matan. Dan
adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu
dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan
lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam
neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.
Dikutip dari berbagai sumber........
No comments:
Post a Comment