Wednesday, September 5, 2018

Cerita Pendek; Kunang-Kunang itu Aku (Bagian 1).




Namaku Sahira. Aku dilahirkan di desa ini, Desa Sungai Laut, sebuah desa yang terletak di ceruk sungai di Riau. Desaku ini sangat unik. Mayoritas penduduknya adalah orang Suku Bugis dan Duanu. Selain berdiam suku-suku tersebut, di sini juga terdapat suku lainnya, yaitu Cina, Melayu, Banjar, Minangkabau, dan Jawa. Secara umum, rumah-rumah di kampungku ini merupakan rumah panggung yang terbuat dari kayu dan berderet rapi bersama rumah-rumah lainnya. Pemukiman kami tidak memiliki halaman.

Yang ada hanyalah jerambah papan yang sambung-menyambung. Jerambah itu pun kemudian disambung ke pelantar yang menjadi jalan utama perkampungan. Bagian bawah rumah dan juga pelantar hanyalah daratan berlumpur yang terhampar. Hamparan itu akan segera berubah menjadi lautan saat pasang naik.

Ayah bersuku Bugis, sedangkan ibu keturunan Melayu. Di kampungku, warga Bugis sering bentrok dengan orang Duanu. Apapun bisa dijadikan pemicu, baik persoalan kecil, apalagi persoalan besar. Tak jarang terjadi pertumpahan darah, hingga memakan korban. Polisi pun selalu berjaga, apalagi jika ada acara orgen tunggal, yang akhirnya ditutup dengan mabuk-mabukan dan tawuran.

Kampung yang berpenghuni tidak lebih dari 4.000 jiwa ini sebenarnya adalah kampung yang menyenangkan. Ikan-ikan segar dan binatang laut lainnya dengan mudah diperoleh, karena sebagian besar penduduk adalah nelayan. Meskipun kendaraan utama di sini adalah pompong, sejenis perahu kecil bermesin tempel, kami tidak merasa kesulitan. Namun, untuk mendapatkan pendidikan, kami memang harus keluar dari kampung, sebab di sini hanya ada satu bangunan sekolah, yaitu sekolah dasar.

‘’Kau harus menjadi anak perempuan yang baik-baik,’’ pesan ibu saat aku hendak berangkat ke ibukota provinsi untuk melanjutkan sekolah. ‘’Jangan pernah kecewakan Ayah dan Ibu.’’

‘’Iya, Bu,’’ jawabku sambil mencium tangan dan kedua pipinya. Ayah sudah menungguku di pompong.

Aku melompat ke dalamnya. Cipratan air memercik ke kaki celana jinku. Ayah akan megantarkan aku ke Kuala Enok. Nanti dari sana aku akan menumpang pompong yang lebih besar untuk sampai ke Tembilahan, ibu kota Kabupaten Indragiri Hilir. Kemudian aku akan menaiki mobil carteran agar bisa sampai ke Pekanbaru.
Sumber: http://riaupos.co/1717-spesial-kunang-kunang-itu-aku.html

No comments:

Post a Comment

Kumpulan Sajak-sajak Willy Ana